Bem Vindos A Timor Leste: Day 1 @TimorLeste
Setelah menginap satu malam di Denpasar, pagi ini hari Jum’at 11 April 2014, saya, Pak Nur Hidayat dan Pak Mulyanto kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju tempat tujuan utama, Timor Leste. Sebuah negara yang sarat kontroversi sejarah bersama Indonesia. Perjalanan pertama saya ke luar negeri tahun ini, meski “cuma” Timor Leste. Entah kemana lagi tahun ini, nikmati saja.
Tetap saja, prosedural administrasi perjalanan keluar negeri dengan menggunakan identitas universal bernama passport tetap harus kami lakukan. Sedikit khawatir, karena ketika check-in di Bandara Ngurah Rai, petugas disitu mengatakan, bahwa ketika pertama kali berkunjung ke Timor Leste, setidaknya punya tiket bolak-balik.
Selain itu harus ada jaminan uang dollar sejumlah US$ 200, punya tujuan jelas, penjemput di bandara juga jelas, serta sederet info lain yang agak mengkhawatirkan, termasuk pemulangan mendadak sampai di Timor Leste. Belakangan saya mengetahui, info tersebut tidak valid.
Menggunakan flight SJ2700, Sriwijaya Air – satu-satunya penerbangan via Denpasar menuju Dili Timor Leste – kami menempuh penerbangan kurang lebih 2 jam. Mengantuk dan sedikit tegang, tetapi saya tetap excited. Mengingat rencana-rencana besar yang akan kita eksekusi di Timor Leste.
Semenjak mulai naik pesawat dan duduk saya mengamati justru sebagian besar penumpang adalah warga keturunan China. Otak saya langsung mengasumsikan bahwa betapa ulet mereka mencari wilayah baru ataupun mengembangkan bisnis dengan tipikal mereka yang terkenal sebagai pedagang. Ketika saya ungkapkan asumsi saya kepada 2 rekan seperjalanan saya, mereka pun ternyata mengamini. Same assumption..hahaha
Karena jumlah seat yang banyak kosong, saya bisa bebas berpindah tempat. Ternyata seorang bapak yang saya sempat berbincang pendek saat check in, satu deret dengan tempat duduk kami bertiga. Dia sendirian. Selepas dari toilet, saya memutuskan duduk disebelahnya.
Tadi saat check in saya sempat lihat nama belakangnya, Pinto. Pak Pinto ini unik, dia keturunan asli Timor Timur, memutuskan menjadi Warga Negara Indonesia, tinggal di Solo dan punya istri yang aslinya Cilacap… Bahkan dia pernah tinggal di Cilacap 5 tahun..hahaha, what a coincidence…! Walhasil obrolan kami nyambung dan asik. Ketika turun, kami bertukar nomor telepon, siapa tahu kita bisa bertemu dan berbicang kembali.
Matahari bersinar cerah, udara pun belum terlampau panas saat kami menjejakkan kaki di Nicolau Lobato International Airport Timor Leste. Meski kecil, tentu embel-embel internasional tidak bisa ditanggalkan. Kami masuk ke imigrasi, mengurus visa on arrival, pengecekan passport lagi, sampai bertemu dengan petugas GearSpeed yang menjemput kami, semuanya lancar dan mendapat senyum manis dan keramahan ibu-ibu petugas administrasi imigrasi. Tidak seperti yang dibayangkan saat check in di Ngurah Rai.
BEM VINDOS A TIMOR LESTE, itu tulisan besar-besar yang saya temukan saat keluar dari bandara. Selamat datang di Timor Leste, kurang lebih demikian artinya. Alhamdulillah, saya bisa menginjak bumi Allah yang lain lagi.
Saya dan Pak Nur Hidayat membawa misi penting. GearSpeed Timor Leste, adalah perusahaan kontraktor yang meminta Conversa Indotama Training and Consulting yang dikelola Pak Nur Hidayat dan saya sebagai konsultan pengembangan SDM di bidang Operator Alat Berat. Kami juga bersama bapak Mulyanto seorang tenaga ahli bidang defensive driving dan alat berat.
InsyaAllah, selama sebulan kedepan di Timor Leste, kami akan melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga operator alat berat di Timor Leste. Alhamdulillah, program ini juga mendapatkan prioritas penting dari Kementerian Tenaga Kerja Timor Leste. Sehingga program ini merupakan pilot project yang kedepannya akan menjadi standard di Timor Leste. Impian dan doa kami untuk menegakkan visi lembaga menjadi Real Consultant dengan orientasi internasional secara bertahap mulai diberikan jalan oleh Tuhan.