Edisi 1 Syawwal 1435 Hijriah
Alhamdulillah, hari ini sekali lagi saya sangat bersyukur karena masih diberikan kesempatan oleh Alloh SWT untuk menikmati udara pagi di Kota Kudus. Berjalan bersama rombongan ummat ke tempat dikumandangkan Takbir yang membesarkan Keagungan Alloh SWT. Hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri yang serempak bagi mayoritas ummat Islam di Indonesia, ketika Pemerintah Republik Indonesia melalui Sidang Isbat Kementrian Agama dan Muhammadiyah sebagai Ormas besar menetapkan hari yang sama pada hari ini sebagai 1 Syawwal 1435 Hijriah.
Saya dan keluarga memilih untuk menunaikan Sholat Idul Fitri di Lapangan Parkir ADA SWALAYAN di Jalan Kudus- Jepara. Hanya sekitar 1 kilometer dari tempat tinggal ayahanda kami di Prambatan Lor. Tepat beberapa menit setelah kami sampai dilokasi Sholat Idul Fitri segera dimulai. Bacaan tartil yang sempurna dari Bapak Imam Sholat, Bapak MasAdi dan perangkat sound system yang mantap membuat Ayat-ayat suci Alqur’an yang dibacakan semakin menggetarkan hati. Nuansa kedua yang saya rasakan setelah renungan mudik menjadi penggugah jiwa yang pertama.
Sholat Idul Fitri di Lapangan Parkir ADA SWALAYAN ini seperti tahun-tahun sebelumnya di adakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Kudus. Selepas Sholat kami duduk hikmat untuk mendengarkan Khutbah Idul Fitri 1435 Hijriah, yang ternyata disampaikan oleh salah satu anggota keluarga kami di Kudus, kami menyebut beliau Pakdhe Haji Fatkhan Hasbi. Saya rasa Pakdhe Fatkhan Hasbi dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Kudus, tidak keberatan jika saya menuliskan kembali Teks Khutbah Idul Fitri 1435 H pada laman Blog FerdianAdi.Com ini. Saya niatkan sebagai Syiar yang baik dan semoga menjadi amal ibadah bersama. Apabila anda ingin mengutipnya pun, saya persilahkan. Jika tidak ingin mencantumkan link Blog saya tidak apa-apa, tetapi mohon mencantumkan sumber dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Kudus dan Haji Fatkhan Hasbi. Alhamdulillah dan terimakasih jika anda tetap mencantumkan link Blog saya ini.
Berikut Teks Khutbah Idul Fitri 1435 Hijriah-Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota Kudus yang dibacakan pada tanggal 1 Syawwal 1435 H-28 Juli 2014;
******
BULAN ROMADHON
Madrasah Keimanan Bagi Umat Islam
Oleh: H. Fatkhan Hasbi
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Kaum muslimin dan muslimat jama’ah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah. Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah karena di hari yang indah ini kita dikumpulkan untuk beribadah kepada Allah, bertatap muka antar sesama dan mengungkapkan kegembiraan bersama.
Idul Fitri merupakan salah satu perayaan tahunan dalam agama Islam. Hari raya dalam Islam setiap tahunnya ada dua, Idul Fitri dan Idul Adha. Oleh karenanya, ketika Rasulullah datang ke Madinah dan mendapati mereka memiliki dua hari perayaan jahiliyah, beliau bersabda:
“ Sesungguhnya Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik, Idul Adha dan Idul Fitri”
Sungguh alangkah indahnya perayaan dalam Islam, karena perayaan dalam Islam merupakan ungkapan syukur kepada Allah yang telah memudahkan seorang hamba untuk menunaikan ibadah nan agung. Oleh karenanya, Idul Fitri jatuh setelah kaum muslimin usai menjalankan puasa Romadhon, sedangkan Idul Adha jatuh setelah kaum muslimin usai keluar dari sepuluh hari bulan Dzulhijjah yang penuh dengan keutamaan.
Demikian indahnya perayaan dalam Islam, semuanya jatuh usai ibadah dan ketaatan, karena memang kegembiraan yang hakiki adalah kegembiraan dalam ibadah. Allah berfirman:
Katakanlah, “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allh dan rahmat-nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]:58)
Kaum muslimin wal muslimat yang dirahmati Allah. Bulan Romadhon telah berlalu meninggalkan kita yang memohon agar Allah menerima amal ibadah kita, puasa, shodaqoh dan sholat kita. Dahulu, seorang ulama berdo’a enam bulan lamanya agar dipertemukan dengan Romadhon dan berdoa enam bulan berikutnya agar amal ibadah mereka diterima dibulan puasa.
Sejenak, marilah kita introspeksi, sudah berapa kali kita mendapati Romadhon. Namun, apakah kita telah meraih pelajaran-pelajaran berharga di Bulan Romadhon? Sudahkah Romadhon membuahkan perubahan dalam diri pribadi kita atau hanya sekedar rutinitas belaka yang datang dan berlalu begitu saja?!
Oleh karenanya, perkenankanlah kami pada khotbah kali ini untuk menyampaikan beberapa pelajaran Romadhon, semoga dapat kita pahami dan dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.
Bulan Romadhon merupakan sekolah keimanan dan bengkel akhlak yang sangat manjur bagi orang yang mengetahuinya, Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil darinya, diantaranya:
1. IKHLAS
Ikhlas merupakan fondasi pertama diterimanya suatu amalan ibadah seorang hamba. Dalam ibadah puasa secara khusus Nabi Muhammad SAW, bersabda:
“Barangsiapa berpuasa di bulan Romadhon karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Demikianlah pula setiap amalan ibadah kita, marilah kita ikhlaskan murni hanya untuk Allah semata, sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah. Ingatlah bahwa sebesar apapun ibadah yang kita lakukan tetapi bila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka sia-sia belaka tiada berguna.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim No. 1905 dikisahkan bahwa tiga golongan yang pertama kali dicampakkan oleh Allaah adalah mujahid, pemberi shodaqoh dan pembaca Al Qur’an. Perhatikanlah, bukankah jihad merupakan amalan yang utama?! Bukankah shodaqoh dan membaca Al Qur’an merupakan amalan yang sangat mulia! Namun, kenapa mereka malah dicampakkan ke neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan keikhlasan dalam beramal.
2. MUTABA’AH
Mengikuti sunnah merupakan fondasi kedua untuk diterimanya suatu ibadah. Betapapun ikhlasnya kita dalam beribadah tetapi kalau tidak sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW maka tertolak dan tidak diterima. Oleh karenanya, dalam berpuasa kita meniru bagaimana puasa Nabi Muhammad SAW seperti mengakhirkan makan sahur dan bersegera dalam berbuka.
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur.”(HR. Bukhori-Muslim)
Demikian pula dalam setiap ibadah lainnya, marilah kita berusaha meniru agama sesuai tuntunan Rasulullah SAW sehingga amal kita tidak sia-sia belaka.
Benarlah sabda Nabi Muhammad SAW bahwa setiap kebaikan dan kejayaan hanyalah dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW walaupun terkadang akal belum menerima sepenuhnya. Dalam perang Uhud kenapa kaum muslimin mengalami kekalahan? Jawabannya, karena mereka tidak taat kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, apabila kita hendak menginginkan kejayaan maka hendaknya kita menghidupkan dan mengagungkan sunnah Nabi Muhammad SAW bukan malah merendahkan dan melecehkannya!!
3. TAKWA DAN MUROQOBAH
Meraih derajat takwa merupakan tujuan pokok ibadah puasa. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqoroh [2]: 183)”
Takwa artinya takut kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-laranganNya sesuai sunnah Rasululloh SAW. Oleh karenanya, marilah kita koreksi dan bertanya pada hati kita masing-masing, sudahkah kita meraih tujuan puasa ini?! Sudahkah kita memetik buah ketakwaan?! Ataukah kita puasa hanya sekedar rutinitas saja?!
Seorang yang berpuasa tidak akan berbuka sekalipun manusia tidak ada yang mengetahuinya karena merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-geriknya. Demikianlah hendaknya kita dalam setiap saat merasa takut dan diawasi oleh Allah dimanapun kita berada dan kapanpun juga, terlebih ketika kita hanya seorang diri. Apalagi pada zaman kita ini, alat-alat kemaksiatan begitu mudah dikonsumsi, maka ingatlah bahwa itu adalah ujian agar Allah mengetahui siapa diantara hamba-Nya yang takut kepada-Nya.
4. PERSATUAN
Bersatu dan tidak berpecah-belah merupakan suatu prinsip yang diajarkan Islam dalam banyak ayat Al Qur’an dan hadits. Dalam puasa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu hari (ketika) manusia berhari raya.” (HR. Tirmidzi no. 697 dan dishohihkan Al-Albani dalam ash-Shohihah no. 224)
Ya, demikianlah ajaran Islam yang mulia. Lantas kenapa kita harus berpecah belah dan fanatik terhadap kelompok dan golongan masing-masing, padahal sembahan kita satu, Rasul kita satu, ka’bah kita satu, Al Qur’an kita satu?! Oleh karenanya, marilah kita rapatkan barisan kita dan rajut persatuan dengan mengikuti AlQur’an dan Sunnah, taat kepada pemimpin kita dan mengingkari setiap pemikiran yang mengajak kita pada perpecahan.
5. KEMBALI KE AJARAN AL QUR’AN
Bulan Romadhon bulan diturunkannya Al Qur’an yang berisi petunjuk bagi umat manusia.
Allah berfirman:
Bulan Romadhon, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (QS. Al Baqarah [2]: 185)
Maka hal ini memberikan pelajaran kepada kita kaum muslimin agar kembali kepada ajaran Al Qur’an dengan membacanya, memahami isinya, mengamalkannya dan menjadikannya sebagai cahaya dalam menapaki kehidupan ini.
Kehinaan yang menimpa kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak lain adalah disebabkan jauhnya mereka dari Al Qur’an dan Sunnah.
Rasul SAW bersabda:
“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem al-inah (salah satu sistem menuju riba), kalian sibuk dengan ekor sapi, rela dengan tanaman, meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan Allah tidak mencabutnya dari kalian sehingga kalian kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud no. 3462 dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no: 11)
Demikian pula, bencana demi bencana yang menimpa negeri ini dari tsunami, banjir, tanah longsor, lumpur panas dan sebagainya, barangkali semua itu karena perbuatan dosa umat manusia agar mereka segera menyadari dan kembali pada ajaran agama yang suci.
Allah berfirman:
“Telah nampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan ulah perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum [30]:41)
Demi Allah, sesungguhnya kemaksiatan itu sangat berpengaruh kepada keamanan suatu negeri, kenyamanan dan perekonomian rakyat. Sebaliknya, ketaatan akan membawa keberkahan dan kebaikan suatu negara.
Allah berfirman:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’rof [7]:96)
6. KASIH SAYANG TERHADAP SESAMA
Bulan Romadhon, adalah bulan kasih sayang dan kedermawanan, karena bulan itu adalah bulan yang sangat mulia dan pahalanya berlipat ganda. Nabi kita Muhammad SAW adalah orang yang paling dermawan daripada angin yang kencang .
7. AKHLAK YANG BAIK
Puasa tidak hanya menahan makan dan minum semata, tetapi lebih dari itu, yaitu menahan anggota badan dari bermaksiat kepada Allah. Menahan mata dari melihat yang haram, menjauhi telinga dari mendengar yang haram, menahan lisan dari mencaci dan menggibah, menjaga kaki untuk tidak melangkah ke tempat maksiat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya serta kebodohan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dari sini kita mengetahui hikmah yang mendalam dari disyari’atkannya puasa. Andaikan kita terlatih dengan pendidikan yang agung ini, niscaya Romadhon akan berlalu sedang manusia berada dalam akhlak yang agung.
8. PENDIDIKAN ANAK
Dalam riwayat Bukhori dan Muslim diceritakan bahwa wanita para sahabat menyuruh anak-anak mereka berpuasa, lalu apabila ada seorang anak yang menangis minta makan maka dibuatkan mainan sehingga lupa hingga datangnya waktu berbuka. Demikianlah hendaknya orang tua, mendidika anak-anak mereka dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ingatlah wahai kaum muslimin wal muslimat, anak merupakan anugerah dan nikmat dari Allah sekaligus amanat dan titipan Allah pada pundak kita yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya kelak dihadapan Allah.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Marilah kita didik anak kita dengan keimanan, ibadah dan ketaatan serta hindarkan mereka dari teman-teman yang jelek yang kerap meracuni anak-anak kita. Hal ini lebih ditekankan lagi pada zaman ini dimana pergaulan, pengaruh dan polusi-polusi kesucian anak begitu semarak mencari mangsanya sehingga sedikit sekali yang selamat darinya. Lihatlah mana anak-anak muda sekarang yang aktif di masjid?!
9. BERJUANG MELAWAN HAWA NAFSU
Dalam puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa nafsunya. Dia harus sabar menahan rasa lapar dan dahaga serta keinginan bersenggama yang sangat disenangi oleh nafsu manusia. Dia lawan kemauan hawa nafsu tersebut untuk mendapatkan ridho dan kecintaan Allah.
Demikianlah hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin harus lebih mengedepankan cinta Allah daripada kemauan hawa nafsu yang kerap mengajak kemaksiatan.
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS. Yusuf [12]: 53)
Maka siapa saja diantara kita yang terjerumus dalam dosa maka hendaknya dia berjuang melawan hawa nafsunya demi mendapatkan kecintaan Allah.
10. KONSISTEN/TERUS DIATAS KETAATAN
Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu perhatikan hadits berikut:
Dari Aisyah R.A berkata, “ Adalah Nabi Muhammad SAW apabila memasuki sepuluh akhir bulan Romadhon maka beliau bersungguh-sungguh ibadah, menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhori-Muslim).
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih bersungguh-sungguh di akhir Romadhon, bukan terbalik seperti kebanyakan diantara kita. Diawal Romadhon kita bersemangat tetapi di akhir-akhir Romadhon, sibuk dengan baju baru, kue lebaran dan hiasan rumah.
Jadi sekalipun Romadhon sudah berlalu meninggalkan kita, bukan berarti telah terputus amal ibadah sampai disana saja, tetapi masih terbuka lebar pintu-pintu kebaikan lainnya setelah Romadhon hingga ajal menjemput kita.
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai dating kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al Hijr [15]:99)
Bila di bulan Romadhon ada sholat tarawih, maka ingatlah bahwa disana masih ada sholat malam. Bila di Bulan Romadhon kita berpuasa, ingatlah bahwa disana ada puasa-puasa sunnah seperti Senin-Kamis, puasa Daud dan sebagainya. Bahkan di bulan ini setelah Romadhon Nabi Muhammad SAW menganjurkan kita agar mengiringinya dengan puasa enam hari Syawwal. Beliau bersabda:
“Barang siapa berpuasa Romadhon kemudian berpuasa enam hari bulan Syawwal maka dia seperti berpuasa satu tahun penuh.” (Muslim)
Demikian pula ibadah-ibadah lainnya seperti sedekah, membaca Al Qur’an, berdoa dan lain sebagainya, hendaknya tetap kita lakukan sekalipun sudah selesai Romadhon.
Akhirnya kami ucapkan ucapan selamat yang dicontohkan para sahabat dalam keaadaan seperti ini:
“Taqabbalallahu Minna wa Minkum” (Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua).
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia! Marilah kita sambut Syawwal dan bulan-bulan selanjutnya dengan semangat baru dan memohon kepada Allah agar berkenan membimbing kita senantiasa berada di jalan-Nya yang lurus.
******
Demikianlah pembaca Blog Ferdi yang budiman, semoga apa yang saya tuangkan ini bisa menginspirasi kita bersama untuk menyambut semangat beramal baru, menyongsong Ramadhan yang akan datang.
Taqobbalallahu Minna wa Minkum
—
Pertama kali diposting di Kudus pada 28 Juli 2014