
GAJI 65,36 JUTA PERBULAN
Pagi hari ini saya menggeleng-gelengkan kepala setelah melihat nominal gaji yang saya sebutkan diatas. Gaji tersebut adalah “total” penghasilan (RESMI) yang akan diterima oleh anggota DPR yang akan datang bila menggunakan ukuran periode 2004-2009. Lihat saja satu per satu item penghasilan resmi bulanan anggota DPR 2008 yang saya baca di Republika, 28 April 2009:
1. Gaji Pokok Rp. 16 juta
2. Tunjangan listrik dan telepon Rp. 5,5 juta
3. Tunjangan komunikasi Rp. 14,14 juta
4. Tunjangan kehormatan alat kelengkapan dewan Rp. 3,72 juta
5. Tunjangan fungsi pengawasan Rp. 2,5 juta
6. Tunjangan penyerapan aspirasi masyarakat Rp. 8,5 juta, tunjangan akomodasi Rp15 juta
Total Rp 65,36 juta perbulan/Rp 784,32 juta per tahun / Rp. 3.992 miliar dalam waktu 5 tahun.
Belum lagi pada saat libur mereka malah mendapatkan honor tambahan. Bahkan ada dua macam, yaitu honor reses perseorangan dan honor reses komisi. Saya sungguh tidak paham, bagaimana mereka bisa mendapatkan honor pada saaat libur. Yang saya pahami bila anda mempunyai investasi di sebuah perusahaan atau menanam modal disebuah usaha, mungkin saja anda mendapatkan penghasilan saat libur. Honornyapun bervariasi antara 300ribu sampai 500ribu perhari.
Mereka juga akan mendapatkan bantuan uang muka pembelian mobil senilai 70juta, padahal sebagai anggota DPR Pusat yang mengeluarkan dana kampanye 2-10 miliar mereka telah memiliki mobil yang sedemikian bagusnya.
Belum lagi “penghasilan tambahan” yang kadangkala tidak ada bukti kuitansi penerimaannya, begitu kata salah satu anggota DPR Pusat.
Ah, saya tidak mau membahas panjang lebar penghasilan mereka. Bagi saya yang baru tahu, hal tersebut telah membuat saya kesal dan gemas melihat mereka yang mendapat hasil sedemikian besar namun masih saja banyak yang melakukan penyelewengan dan serentetan kebejatan lainnya. Anda mungkin ingat nama-nama anggota “dewan yang terhormat” yang melakukan tindakan “sangat tidak terhormat” selama masa karirnya di DPR.
Saya heran dan sangat heran, mereka mampu tertidur nyenyak dikamar senilai 5 sampai 8 juta semalam saat mereka melakukan kunjungan ke daerah, yang bahkan daerah tersebut penuh dengan musibah atau kemiskinan. Saya heran dan sangat heran, apakah memang dengan besaran gaji sedemikian mampu menunjukkan kualitas mereka mewakili 200juta lebih rakyat dinegara ini. Sementara saat ini kata Arbi Sanit, DPR mendatang akan lebih buruk. Terlalu banyak caleg yang tak punya latar belakang politik dan mereka tak bisa kerja. Sama halnya seperti seorang teman saya yang nekat mencalonkan diri menjadi caleg di sebuah DPRD karena dibiayai suami padahal sama sekali tidak tahu politik dan undang-undang. Masih mending dia mau berusaha membaca dan belajar mengenai hal tersebut. Tetapi apakah cukup 1 atau 2 bulan? Diapun tidak tahu betapa budaya politik di kalangan dewan kadang sangat tidak rasional. Yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar. Bahkan dulu, dosen saya yang jago teori politik pun merasa shock setelah memasuki kancah politik dewan. Apa yang menjadi idealismenya buyar seketika.
Saya juga semakin heran. Katanya di kalangan dewan juga terdapat banyak kyai dan ulama. Tetapi melihat rentetan angka gaji, tunjangan, dan honor-honor kunjungan, saya tidak melihat adanya ajaran ke-tawadhu’-an dan ke-zuhud-an.
—
- Diposting pertama kali pada 28 April 2009
- image courtesy: okezone.com