Ferdian Adi

Jurnal Makna dan Inspirasi

Membarukan Jiwa Baru

Bagi saya, Syawal senantiasa menjadi sebuah peralihan masa baru. Lebih baru daripada baju-baju yang dipakai manekin bisu di ruang-ruang dingin mall ataupun yang berserak dilapak-lapak pasar tradisional dengan harga yang ditulis besar seobral-obralnya. Jika Syawal bisa berteriak, maka suaranya jauh lebih nyaring daripada terompet tahun baru, yang ditiup anak-anak semenjak sore hingga mereka segera tertidur kelelahan, bahkan sebelum tengah malam. Sementara suara Syawal terdengar begitu membahana pada takbir yang di serukan dari masjid dan mushola bergema sepanjang malam hingga esok ditanah lapang.

Sepanjang Ramadhan begitu banyak hal tak terduga yang mengganggu kekhusyukan ibadah. Namun, peralihan masa ini terasa sempurna dengan kehangatan Idul Fitri, dalam kasih sayang keluarga dan bertemu kawan lama untuk bertukar cerita. Maka ada kekuatan baru yang terasa, ada semangat terbarukan kalau boleh saya menjiplak slogan Pertamina.

Bersyukurlah saya, meski waktu libur tak panjang, saya memulai kembali aktifitas professional dengan mengikuti 2 hari training. Sesuai dengan yang saya harapkan, training ini pun semakin menegaskan kehidupan yang terbarukan sebagai karunia Tuhan. Meski sebagian materi Branding Strategic Management pernah saya baca, namun semangat ilmu yang dibawa menawarkan kesegaran oase perbaikan dan pembaruan. Sebuah momentum penting yang memang harus tercipta ketika motivasi pada tujuan besar mulai mengering.

Tergantung pada sudut pandang kita yang mana ketika memulai hal yang baru. Ia akan menjadi sangat menarik dan menggairahkan seperti hari-hari pertama pengantin baru. Namun, ia juga bisa menjadi begitu sulit. Seperti di surat kabar yang bercerita mengenai sekelompok kepala desa, yang baru saja belajar memegang kepala mouse dengan gemetar dan menekan-nekan keyboard dalam rangka pelatihan komputerisasi pemerintahan desa. Hal yang baru menjadi berat jika diri tak mau menerima tantangan dan takut dengan apa yang tak pernah dihadapinya.

Saat saya merasa harus kembali menulis setelah hampir satu tahun meninggalkan aktifitas nge-blog karena alasan kesibukan, hingga akhirnya blog ini di serang hacker. Pun ada rasa berat, ide yang mampat pada saraf-saraf otak, juga kering pada rasa seperti kemarau tak berkesudahan. Namun ini sebuah tantangan.

Seperti pencarian yang jika kita terus bergerak dengannya, maka kita akan menemukan disuatu masa. Saya beruntung dengan mengikuti jiwa, bertemu dengan pemantik hasrat untuk berkarya. Sebagai seorang motivator dan trainer, ia juga seorang penulis. Saat bertemu beberapa hari yang lalu, sebelum berpisah beliau bertutur. Sesungguhnya bukan royalti dari buku-buku karyanya yang membuat ia puas. Namun testimoni, hubungan baik yang tercipta dan semangat para pembaca yang terinspirasi oleh bukunya merupakan kebahagian yang tidak ternilai harganya.

Sebuah hal yang seringkali dulu juga membuat saya bahagia, meski saya hanya seorang blogger. Apalagi blogger kan cenderung punya tulisan “semau gue”. Namun apresiasi kawan blogger ataupun pembaca lain, bukanlah nilai materi. Mereka menjadi penyemangat untuk terus berbagi pikir dan bermanfaat bagi dunia, meski hanya kata-kata.

Tulisan ini adalah akibat dari diskusi dengan seorang trainer dibidang sumber daya manusia dan pengembangan diri, Ibu MC Maryati. Diskusi ini telah menggenggamkan seruas makna yang harus saya satukan kembali dalam pencarian. Saya lupa bahwa pernah berjanji pada diri, UNTUK MENEMUKAN SESUATU YANG BARU SETIAP HARI.

Diposting pertamakali oleh Ferdian Adi pada 1 Oktober 2011

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *