Ferdian Adi

Jurnal Makna dan Inspirasi

Menyoal Kematian Ide

Pilihan untuk menekuni dunia usaha telah saya geluti beberapa tahun ini. Namun bukan berarti saya tidak menjadi karyawan. Saya menjadi karyawan bagi diri sendiri. Maka wajib bagi saya untuk menentukan langkah-langkah terbaik selanjutnya. Saya pernah menulis, bahwa untuk bergelut didunia usaha seseorang harus memiliki banyak ide. Ide utama untuk usahanya, ide untuk memulai usaha, ide untuk merancang bentuk usaha, ide untuk produk usaha, ide untuk mengelola usaha dan ide untuk terus meningkatkan kualitas usaha dan ide usaha baru lainnya.

Saya juga termasuk orang yang sangat getol untuk menggali ide-ide baru yang terus bermunculan setelah saya mendalami dunia usaha. Pertemuan dan pertemanan dengan orang-orang yang juga menggeluti dunia usaha telah menghasilkan begitu banyak ide adan inspirasi baru. Sungguh luarbiasa ketika bebicara tentang bisnis dan dunia usaha dengan teman-teman tersebut. Seakan kesuksesan sudah di depan mata.

Namun yang terjadi kemudian adalah kesalahan fatal. Saya melupakan faktor utama dari kesuksesan berbisnis. Ide akan terhapus oleh angin waktu ketika ia menjadi daun-daun berserak dihalaman depan pembicaraan kita tanpa catatan pada ruang-ruang dokumentasi. Ide hanya akan menjadi seonggok sampah yang memenuhi jejaring dendrit dan neuron penting diotak kita tanpa adanya action.

Ide dan action menjadi sebuah hubungan yang tidak bisa terpisahkan. Kesuksesan dan keberhasilan hanya bisa diukur dengan dilakukannya dua faktor utama tersebut. Saya akhirnya belajar untuk menilai diri sendiri dulu. Kenyataannya saya menemukan bahwa salah satu kelemahan saya adalah banyaknya ide yang akhirnya mati terkubur waktu. Tertunda dan tertimpa ide-ide baru yang kesemuanya terlaksana tanpa hasil yang maksimal atau malah tidak terlaksana sama sekali.

Saya jadi menimbang-nimbang kata-kata Florence Littauer dalam Personality Plus. Menurutnya orang sanguinis selalu memikirkan gagasan baru dan menarik. Gagasan ini selalu mempesona orang lain untuk menyelesaikannya secara produktif. Sementara dia akan menyadari bahwa mereka orang yang memulai, namun memerlukan orang lain yang menyelesaikan. Ia membutuhkan orang lain. Hehehe..apa sebagai orang sanguinis saya seperti itu ya? Karena sering sekali ide yang saya bangun sangat membutuhkan dukungan orang lain.

Namun saya tidak ingin justru kemudian menanamkan kepada diri saya bahwa saya adalah pribadi yang murni demikian. Bukankah hal tersebut menjadi racun pada keyakinan diri?

Apalagi Dr. Masaru Emoto pernah mengingatkan dalam lembar-lembar ilmiahnya di The True Power of Water. Bahwa untuk menciptakan kristal-kristal kebaikan dalam diri kita, seharusnyalah kita meniupkan, menyematkan dan senantiasa mendekatkan diri kita dengan hal-hal yang baik. Termasuk didalamnya prinsip-prinsip dan keyakinan yang baik. Saya harus bersemangat merubah kelemahan menjadi potensi.

Semangat kebaikan ini kemudian mengembalikan ingatan saya saat membaca runtutan tulisan Jordan E. Ayan tentang ide dalam Bengkel Kreatifitas. Apabila kita telah mampu untuk menggali ide-ide kreatif kita langkah selanjutnya adalah menyusun ide-ide tersebut sedemikian rupa. Tidak semua ide akan baik bila kita jalankan. Oleh karenanya setiap ide perlu diendapkan terlebih dahulu dan dibuat perencanaan yang matang. Dari sinilah ide tersebut dapat kita pisahkan, mana yang penting dan yang tidak. Mana yang bisa kita segera laksanakan dan mana yang memang harus ditunda terlebih dahulu.

Mengkomunikasikan ide kepada orang lain juga hal penting yang harus diperhatikan. Respon orang lain terhadap ide kita akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan ide yang kita miliki. Respon positif pada ide kita akan memberi nilai kesegaran baru atas ide kita. Kemudian akan terjalin pembentukan ide yang lebih matang dengan kerjasama oranglain. Sebaliknya, respon negatif pada ide kita bisa menurunkan semangat kita akan ide tersebut. Oleh karenanya kita harus berhati-hati dalam mengkomunikasikan ide cemerlang tersebut. Kepada siapa dan bagaimana ide tersebut memang siap untuk dikomunikasikan.

Demikian saya belajar untuk menempatkan ide yang mengalir menjadi sungai-sungai rencana baru. Dengan begitu kesuksesan hidup dan hasil yang maksimal tentunya akan menjadi muaranya. Bagaimana menurut anda? Setuju kan dengan “ide” saya ini?

Diposting Pertama Kali pada 18 April 2009

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *