Menyoal X-Factor, Bod Sadino dan Richard Branson
Saya Bob Sadino, jadi pengusaha bukan karena pinter. Tapi bejo.
Jangan banyak mikir, berusaha saja.
Kalimat itu akhir-akhir ini sering muncul di televisi, diucapkan oleh Bob Sadino. Memang sih, cuma iklan. Tetapi, beberapa iklan cukup inspiring menurut saya. Kalimat Bob Sadino tersebut seakan-akan enteng saja menyebutkan faktor keberhasilan dirinya sebagai pengusaha memang karena beruntung. Tapi saya yakin, bagi anda yang tidak buta huruf (makna), maka “bejo” bukan berarti tanpa perjuangan yang mendasar dan melewati ribuan kilometer jalan berliku dan terjal hingga sampai di puncak kesuksesan.
Selain Bob, Richard Branson juga pernah berceloteh soal keberuntungan dalam interview-nya dengan Daniel Roth, executive editor di Linkedin. Kemudian bagian kecil percakapannya itu dijadikan judul artikel dalam Entrepreneur.Com, Richard Branson: To Be Successful in Business, You Need a Little Luck. Branson menyatakan bahwa hampir semua orang yang membangun bisnisnya, memang harus bekerja siang dan malam, bahkan akhir pekan saat liburan. Proses yang berat dan tidak mudah. Namun, tidak semuanya bisa mengecap nikmatnya kesuksesan, atau setidaknya belum. Oleh karenanya, bagi yang di puncak sukses, perlu berterimakasih kepada bintang keberuntungan, katanya.
Jika dua orang di puncak sukses yang berbicara soal keberuntungan maka sepertinya tidak terbantahkan. Hanya bagaimana cara kita mampu menerjemahkannya dengan sudut pandang yang baik. Bob Sadino menyatakan perilaku yang bisa jadi banyak dilakukan juga oleh para pebisnis. “Bejo”, karena memang berperilaku “action takers”, cepat mengambil keputusan dan meminimalisir proses berpikir yang bertele-tele, tapi bukan berarti gegabah. Saya pikir, konsep tersebut banyak kita temukan pada literatur-literatur kewirausahaan populer. Maka manifestonya menjadi cerdas dan cukup afirmatif menurut saya, “jangan banyak mikir, berusaha saja”
Sedikit berbeda dengan Bob, Branson memaparkan realitas untuk menduduki predikat puncak sebagai pengusaha sukses. Artinya ada proses berat mencapainya dan dari semua yang berjuang dalam proses tersebut hanya sedikit yang sampai. Dia yang terpilih. Cuma saya jadi berpikir, apa konsep beruntung bagi Branson? Apakah itu pemahaman tertingginya? Secara perennial? Oops….saya nggak mau ngomong soal filsafat ding….
Saya pikir, “lucky stars” atau bintang keberuntungan bagi Branson, ia maksudkan sebagai X-Factor. Entah, X-Factor yang dia maksudkan adalah hanya karena “untung” semata atau hal lain. Kalau saya menyikapinya, memang ada Faktor X yang mengizinkan kita untuk sampai kepada puncak apapun yang kita inginkan. Hanya jika “Dia” yang mengizinkan maka kita bisa dan mampu di puncak sukses tersebut. Meskipun semua yang berjuang memiliki kekuatan yang sama, kemampuan yang sama, kesempatan yang sama, tapi memang karena “Dia” memilih yang terbaik yang “Dia” izinkan. Saya yakin anda setuju dengan saya.
Well, Mr. Branson. Saya pikir, bukan karena lucky stars anda masih berada di puncak. Karena masih diizinkan saja..hehehe.
Maka menjadi benar jika tidak semua yang sama-sama bekerja keras dan berusaha keras diizinkan sampai di puncak dan menjadi yang terbaik. Ada hal lain yang harus dipelajari. Hal itu adalah cara-cara supaya kita menjadi salah satu yang diizinkan sampai di puncak serta bertahan di puncak. Cara menjadi yang pantas diizinkan. Kalau menurut Om Mario, bagaimana kita “memantaskan diri kita” untuk menjadi yang diizinkan untuk berada di puncak.
Sungguh pelajaran yang berharga bagi saya. Semoga kita bersama bisa diizinkan sampai di puncak. Aamiin.
—
Pertama kali diposting pada 29 Januari 2013