
Percobaan Azzam Dalam Laboratorium Potensi Diri
3 HARI
Kemarin sudah hari ketiga Azzam bersekolah di sebuah Taman Kanak-kanak. Dari hari pertama dia sudah sangat antusias, demikian halnya saat hari kedua. Saya mengetahuinya saat saya menjemput lebih awal dan memperhatikan dia dari luar kelas. Ia tampak memperhatikan gurunya dengan seksama dengan badan condong kedepan, sedikit bergoyang-goyang dan mengamati teman-temannya. Wajahnya tidak sedikitpun menunjukkan kekhawatiran itu adalah tempat baru dan orang-orang yang belum dikenal baik. Terlihat santai dan tenang. Dia tidak tahu saya memperhatikannya.

Alhamdulillah, artinya guru-gurunya berhasil membuat suasana yang nyaman dan dia bisa menyesuaikan diri. Sebagai orang yang pernah mengajar juga di kelas Taman Kanak-kanak hingga kelas dewasa yang profesional, saya merasakan betapa berat mengelola forum dengan audience adalah anak-anak yang kadang masih terbata berbicara. Percayalah, lebih mudah berbicara di depan 100 orang dewasa dibandingkan 10 anak-anak dengan seribu cerita..hahaha..Makanya, jangan sepelekan profesi guru TK.
Di hari ketiga itu istri saya yang menjemput. Ia menceritakan hal yang mirip dengan apa yang saya perhatikan di hari sebelumnya. Hanya saja ketika hendak pulang, ada seorang ibu yang sudah agak sepuh, menahan istri saya sebentar untuk berbincang. Ternyata beliau adalah semacam pengawas dan wakil dari Yayasan TK ini. Mungkin beliau sedang melakukan supervisi di kelas yang Azzam ikuti.
Sang ibu guru, “..ooh, panjenengan ibundanya Azzam ya…Subhanallah bu…putra anda luar biasa!” , dengan kata-kata yang ditekankan wajah seperti terkejut.
Istri sempat sedikit bingung dan agak takut, apakah “luar biasa” yang dimaksud negatif atau positif?
Selanjutnya istri saya dan ibu tersebut serta ibu Ririn, guru yang mengampu Azzam berbicara tentangnya. Ternyata menurut ibu Ririn dan ibu supervisor tersebut, Azzam sangat aktif berkomunikasi dengan kelasnya. Ia menjawab semua pertanyaan ibu gurunya dengan jelas. Menurut ibu Ririn, Azzam berbisik kepadanya dan meminta untuk maju kedepan. Ibu Ririn sedikit bingung tentang maunya Azzam ini, tapi tetap dengan senang hati memberikan kesempatan Azzam untuk maju kedepan. Azzam berdiri di depan kelas, mengepalkan tangan keatas dan tiba-tiba dia berteriak lantang memperkenalkan diri, “Namaku Azzam! Ayahku orang Cilacap! Ibuku Kudus! Aku Anak Jadan!”
***
POTENSI
Ibu Ririn bercerita dengan menirukan gaya Azzam tersebut sambil menahan geli. Istri saya pun tertawa demi mendengar penuturan bu Ririn tersebut. Namun sambil memohon maaf, jika inisiatif Azzam sampai mengganggu kelas bu Ririn. Namun bu Ririn justru menegaskan, justru hal tersebut sangat menyenangkan. Ia mendapati murid yang antusias pada 3 hari pertamanya, tanpa rasa takut dan khawatir, serta tidak perlu ditunggui selama di sekolah, bahkan berani dan punya inisiatif. Bagi bu Ririn, itu menunjukkan bakat kecerdasannya. Mendengar cerita itu pun saya menggeleng-gelengkankan kepala saja. Karena saya merasa belum menyampaikan sesi powerful introduction dalam Public Speaking and Effective Presentation Training yang saya rencanakan untuknya…hahaha.
Saya menuliskan ini dengan objektif sesuai kata-kata bu Ririn. Saya pun meminta istri menceritakan persis apa yang dituturkan ibu Ririn. Bagi kami yang melegakan dan paling penting ia merasa nyaman ketika berada di lingkungan mandirinya. Meski itu baru 2 jam tidak bersama kami. Ketika ada informasi positif baru di 3 hari pertamanya, kami lebih bersyukur.
Selanjutnya istri saya menyampaikan aktivitas Azzam saat dirumah, termasuk kesukaan-kesukaan dia. Selama ini kami menemukan bahwa Azzam memang kurang menyukai hal-hal bersifat fisik dan dilapangan. Meski kami berusaha melatihnya. Well, sebagai anak-anak tentu dia tetap aktif berlari kesana-kemari dan bermain bola. Hanya saja, untuk berkegiatan semacam outbound anak atau media-media tempat bermain mereka di TK tersebut, ia tidak terlalu antusias.
Azzam lebih menyukai hal-hal yang bersifat indoor. Ia lebih suka menyusun blok-blok kayu atau permainan lego. Bahkan saat dirumah neneknya, pernah dia mengusung beberapa kardus bekas dan hendak memotong-motongnya. Ketika ditanya untuk apa, dia hanya menjawab hendak melakukan percobaan. ‘Percobaan apa?’ ujar saya waktu itu. ‘Percobaan itu ya.. bikin-bikin sesuatu!’ ..Ayah ini tanya-tanya terus!…saya cuma melongo…hahaha. Saya lagi-lagi nggak tahu dari mana dia dapat kata-kata itu.
Dia sudah mulai menyukai buku sejak saya mengajaknya beberapa kali ke toko buku. Kepada ibu Ririn, kami sampaikan juga bahwa untuk kegiatan di buku pun dia sedikit berbeda. Azzam lebih suka mengerjakan dari halaman belakang ketika dia menganggap halaman-halaman depan terlampau membosankan. Semisal secara detail kami pernah membelikannya buku join the dots, ia tidak terlalu suka dengan hanya menghubungkan garis-garis yang membentuk gambar. Akan tetap jika harus menghubungkan angka atau dua hal yang berhubungan yang membutuhkan sedikit logika dan asosiasi, dia akan sangat serius. Istri saya memohon kepada ibu Ririn juga untuk bersabar karena bisa jadi Azzam sudah tidak terlalu menyukai hal-hal yang bersifat simple untuk anak-anak seusianya.
Ibu Ririn ternyata menganggap itu bukan masalah dan sudah memperkirakan hal yang sama. Ibu Ririn membuat kesimpulan-kesimpulan setelah hanya dalam waktu 3 hari ia mengobservasi. Ia menyampaikan kepada kami bahwa karena dianggap lebih, maka kegiatan yang diberikan kepada Azzam tidak akan disamakan dengan teman-temannya. Azzam Justru akan diberikan tambahan beberapa hal yang memang menjadi minat dia, dalam konsep sentra. Sebagai orang tua sekali lagi ini juga sangat melegakan bagi kami. Menitipkan anak dan dikelola dengan baik. Sedemikian halnya terakhir ibu Ririn menyampaikan bahwa kita akan terus berkomunikasi dan bekerjasama untuk memaksimalkan masa kanak-kanak Azzam.
Semoga ibu Ririn paham, sekolahnya itu pun kami jadikan laboratorium potensi. Jika laboratorium itu tidak memiliki material kimia yang tepat, bisa jadi Azzam akan menolaknya. Bahkan jika terdapat percoban yang berbahaya, lebih baik kami mencegahnya masuk. Namun jika Azzam melakukan percobaan dengan senang hati dan penuh rasa ingin tahu. Kami akan berada disampingnya. UNTUK YANG TERBAIK.
—
Pertama kali diposting pada 30 Juli 2015