Pesan Kematian
Kemarin,saya sholat maghrib di Masjid Baabul Jannah dekat rumah. Seperti biasa, selepas sholat berjamaah itu, ada salah seorang ustadz membacakan satu kajian hadits. Sebagai konten dari agenda rutin kultum ba’da maghrib. Ia membuka Kitab Shahih Bukhari dan mulai membacakan hadits melanjutkan kajian hari sebelumnya, Shahih Bukhari 4/194
Berikut redaksi hadist tersebut:
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits, Dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya
Kemudian ia melanjutkan dengan membacakan hadits lain dari Kitab Shahih Muslim;
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
Apabila anak Adam meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga hal: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya
Lalu kemudian dengan tercenung, baris demi baris kalimat yang dibacakan sang ustadz semakin membuat saya menunduk takzim.
Bahwa tidak ada yang sejatinya benar-benar menemani kita dalam kematian, melainkan amal shalih yang kita lakukan selama kehidupan.
Bahwa keluarga kita menghantarkan kita hingga ke kubur, namun mereka akan kembali kedalam kehidupan yang nasih mereka jalani. Keluarga pun tidak akan memberikan manfaat apapun kecuali yang memintakan ampunan dan mendoakan.
Bahwa kebesaran kita dan harta kita pun tidak mungkin akan menyertai. Jika harta itu hanya menjadi hiasan semata dalam kehidupan kita.
Maka, amal yang mengikuti pemiliknya ke dalam kubur dan hidup bersamanya dalam kubur tersebut, dia bersamanya pada saat dibangkitkan menghadap Allah SWT. Amal itu menyertainya pada saat dikumpulkan di padang mahsyar, di atas shirot, pada saat ditimbang dan dengan amal itu pula seseorang akan memperoleh tingkat kedudukannya di surga atau di neraka.
Selepas maghrib itu, saya semakin termenung. Teringat jika keesokan hari catatan usia saya menjadi angka 32. Teringat jika 32 tahun sebelumnya mungkin telah saya lewati tanpa effort yang kuat untuk melakukan evaluasi. Bisa jadi, momen pengingat hari kelahiran benar-benar bernama ulang tahun jika hanya sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya. Hanya “mengulang” tahun yang dilewati.
Saya penuhi maghrib itu dan selanjutnya dengan nafas panjang dan istighfar. Tersadar bahwa usia dan kematian menjadi sedemikian dekatnya. Apalagi dengan lemahnya kita sebagai manusia. Memaksa diri untuk memahami, betapa Tuhan telah meninggalkan pesan kematian dari apa yang dituturkan lewat Nabi dan Ayat-ayat Suci.
Lewat tulisan ini, saya memohon maaf lahir dan batin yang sedalam-dalamnya kepada siapapun anda yang saling mengenal dan bersaudara dengan saya. Jika selama bermuamalah saya telah menyakiti anda atau mengecewakan anda.
Saya sampaikan pula terimakasih yang mendalam kepada anda yang telah menyampaikan apresiasi hari lahir saya baik dengan SMS, BBM ataupun di timeline FB saya. Namun, apa yang telah anda sekalian sampaikan mengingatkan saya bahwa Tuhan pun meninggalkan Pesan Kematian. Bahwa hari lahir semestinya menjadi pengingat, bahwa Kelahiran dan Kematian adalah sedemikian dekatnya. Bisa jadi pesan kematian itu tidak hanya untuk saya. Tapi untuk kita semua.
Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan kita petunjuk yang jelas untuk menyusuri jalan kehidupan terbaik. Meneranginya saat kegelapan melanda dan memberikan kita naungan penjagaan dan perlindungan saat badai menerpa. Hingga diujung jalan itu kita disambut dalam dekapan Cinta-Nya.
Aamiin.
Referensi:
Makna Hadits: Tiga Hal Yang Mengikuti Jenazah
Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor: Eko Haryanto Abu Ziyad
—
Diposting pertama kali pada 10 Februari 2013