Ferdian Adi

Jurnal Makna dan Inspirasi

Training Mental Hazard Awareness

Banyak hal yang saya pelajari sejak dua tahun terakhir berakselerasi di industri training. Banyak ilmu baru. Banyak jaringan dan perkenalan dengan para profesional dari berbagai bidang. Prosesnya menjadi luar biasa, karena saya diberikan kesempatan belajar setiap hari. Dalam hal apapun. Sangat dinamis dan sekali lagi, inspiring! Hal yang memang senantiasa saya gali setiap hari.

Seperti saat di Sumatera beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan banyak pengalaman berharga. Jordan E. Ayan benar, datang dan berjalan-jalan di tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi, bertemu dengan orang-orang baru, meski sesaat, akan mampu memberikan kita inspirasi baru, mengaduk-aduk pengalaman batin, menghikmati setiap tetes kesujudan kita dan tentu sebagai bagian dari penempaan diri dalam Bengkel Kreativitas, seperti judul bukunya itu. Alhamdulillah, bisa meresapi udara dan kehangatan tanah Tapanuli.

Disana saya bertemu dengan banyak orang peserta dari training yang saya kelola. Serta tentunya beberapa Safety Training Officer di perusahaan tambang yang meminta inhouse training tersebut. Kami mendiskusikan banyak hal. Terutama berkaitan dengan hal keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi salah satu hal yang sangat esensial ketika sudah berada diperusahaan dengan aktivitas bisnis yang tinggi. Terutama yang memiliki site dan menyerap tenaga kerja lapangan yang masif.

Maka tidak dipungkiri peraturan dan undang-undang yang berlaku pun sedemikian kompleksnya. Termasuk intensitas training yang dimaksudkan sebagai internalisasi pemahaman regulasi safety. Demikian halnya industri training K3 dan safety telah menjadi fenomena cukup besar. Maka sejatinya diharapkan pemahaman setiap orang yang memang harus menguasai hal tersebut karena resiko kerja yang amat serius.

Hal-hal penting diatas banyak saya diskusikan dengan safety officer di perusahaan tersebut. Selain itu ia banyak menceritakan permasalahan besar yang seringkali terjadi di perusahaannya. Tidak kurang masimal mereka membuat aturan-aturan ketat mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Serta safety training dan induksi yang intensif. Namun persoalan muncul pada level pelaksanaan. Ketika masih cukup sering muncul kecelakaan kerja.

Meski dokumen K3 telah lengkap, proses pemahaman hazard risk (risiko bahaya) dilakukan, namun para karyawan masih saja tidak memperdulikan. Standar APD (alat perlindungan diri) seringkali tidak dipakai dalam aktivitas kerja yang beresiko dan berbahaya. Sehingga sengaja atau tidak mereka telah membahayakan diri sendiri. Sehingga awareness terhadap hal-hal yang bersifat hazardous sangat minim.

Kesadaran yang sebenarnya menjadi faktor utama agar tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai. Kami berdiskusi banyak soal ini. Kesadaran dan inisiatif diri yang menjadikan orang bisa concern dengan hal-hal yang berbahaya bagi dirinya dan orang lain.

Kami berseloroh, seharusnya Training yang paling tepat diadakan adalah soal mental hazard awareness. Sehingga setiap orang memiliki pengetahuan awal terlebih dahulu mengenai hal-hal yang berbahaya bagi mental mereka yang seharusnya baik untuk sadar dan mengikuti aturan yang ada. Mental yang seharusnya di training-kan dan di sertifikasi…hahaha…semakin ngelantur diskusi kami…karena yang saya tahu bahwa mental hazard dipakai untuk istilah gangguan terhadap kesehatan mental seperti schizophrenia, depresi, anxiety disorder dan penyakit kejiwaan lainnya. Cuma dalam hal ini, kami bebas saja menggunakannya dalam diskusi ngalor ngidul menyikapi dangkalnya kesadaran banyak orang dalam persoalan ancaman bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.

Kami juga meyakini sesungguhnya mental hazard juga banyak menjadi penghambat kemajuan manusia Indonesia. Tentang kompleksitas persoalan bangsa yang sepertinya tidak akan berhenti menjadi konsumsi media. Maka tidak hanya urusan safety, kami pikir, istilah baru yang kami temukan ini -training mental hazard awareness- juga diperlukan hampir seluruh sendi kehidupan di negara ini. Kita harus semakin sadar, bahaya-bahaya yang mengancam mental kita. Mental yang seharusnya terjaga untuk berpihak sepenuhnya kepada kedisiplinan, kejujuran, kebenaran, keadilan dan seluruh kebaikan integritas diri lainnya.

Kalau bukan sekarang melatih diri, kapan lagi?

Pertama kali diposting pada 1 Februari 2013

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *